Butuh keberanian untuk membuat
tulisan ini, bukan karena aku takut akan mengalami hal yg dialami seperti Prita
Mulyasari, tetapi karena berat rasanya mengumpulkan kembali memori kenangan
akan kehilangan bayi kami tercinta Omar Zavier Hamizan Andriarto. Saat inipun
air mataku kembali mengalir mengingatnya. Tujuan untuk menulis hal inipun sama
sekali tidak untuk menjelekan, menghujat atau memprovokasi pembacanya kepada
pihak Rumah Sakit atau Dokter yang menangani bayi kami. Melainkan sematamata
untuk bisa berbagi pengalaman agar kejadian yang kami alami bisa menjadi
tindakan preventif bagi orang tua dan bisa menjadi pelajaran untuk pihak rumah sakit
lain dan dokter yang menangani bayi dengan kondisi yang serupa dengan bayi kami.
Setelah 4 tahun lebih menikah, berusaha,
memohon dan menunggu, ahkirnya ALLAH SWT mengkaruniai kami dengan kehamilan
bayi pertama kami, melalui proses alami. Subhanallah, Alhamdulillah, puji
syukur kepadaMu ya Rabb. Air mata bahagia pun mengalir, sujud syukur kami
panjatkan kepadaMu. Atas permintaan suami, setelah sebelumnya saya konsultasi
dengan Obgyn Pria untuk program kehamilan, “Sekarang cari Obgyn perempuan saja
ya?”. Baiklah, atas rekomendasi beberapa teman dan review di blog maupun internet
kami memutuskan untuk mencoba konsultasi dengan Dokter Sandra (Bukan nama
Dokter sebenarnya) di RSIA yang berlokasi di Jakarta Selatan. RSIA inipun bukan
RSIA baru untuk kami karena 2 Kakak, adik maupun beberapa temanpun melahirkan
disini. RSIA ini juga menurut pengamatan kami merupakan salah satu RSIA yang
paling mahal tarif nya untuk melahirkan di Jakarta.
Selama proses konsultasi
kehamilan Dokter Sandra baik, ramah, dan mau menjawab berbagai pertanyaan yang
sering aku ajukan baik konsultasi langsung, maupun melalui whatsapp dan bbm.
Seluruh hasil check-up screening, usg, denyut jantung pun selalu normal, tidak
pernah ada indikasi apapun terhadap kesehatan bayi Omar. Hanya yang selalu
disampaikan adalah “Bu, bayi nya besar, kalau mau melahirkan normal makannya
dikurangi ya, terutama makanan yang manis”. Alhamdulillah proses kehamilan
berjalan lancar, hingga di minggu ke 38, 4hari, aku mengalami flek dan segera
ke RS, setelah dicek dari hasil ctg, kontraksi sudah ada tapi belum teratur dan
belum ada pembukaan. Aku diminta untuk pulang kembali. Aku menunggu 9 hari,
kontraksi kadang ada, kadang hilang kembali, di hari ke 9 aku datang kembali
saat itu sudah 39minggu 5hari, paginya aku cek ctg kontraksi bagus , pembukaan
masih 1, sorenya Dokter Sandra datang, kontraksi berkurang, aku kembali diminta
pulang, padahal hasil CTG bayi Omar sudah tidak terlalu bagus, aku hanya diberikan
teh manis dan makan lalu CTG bayi Omar kembali membaik, dan kembali disuruh
pulang karena pembukaan masih 1. Untungnya aku sudah buka kamar perawatan di
RSIA tsb, malamnya kontraksi hebat, dicek pembukaan masih 1, setelah subuh aku
kembali turun keruang bersalin, cek ctg bayi Omar sudah tidak baik, pembukaan
3, ketuban sudah pecah dan berubah warna. Perawat menghubungi Dokter Sandra,
dan Dokter Sandra ternyata dalam perjalanan ke RSCM. Dan tidak bisa datang.
Aku sudah sangat kesakitan, dan Dokter
Sandra tidak kunjung datang. Alhamdulillah atas pertolongan ALLAH, ada pasien lain
yang baru saja selesai operasi cesar, jadi tim Dokter untuk Operasi Cesar sudah
lengkap, Obgyn Amel, Obgyn Rudi , Spesialis Anak Dina, dan Dokter anastesi Eko
(semua bukan nama sebenarnya). Alhamdulillah, Bayi Omar dilahirkan di minggu
39, 6hari, pukul 9.25. dengan kondisi asfiksia ringan. Berat Badan 3.54kg, panjang 52cm. APGAR score 7 dimenit
pertama. Lalu bayi Omar bisa IMD, menyusui dengan pintar dan semangat, APGAR
Score Omar 9 di menit ke 5. Dokter SpA Dina berbicara ke aku saat IMD , “Bu,
keputusan operasi secar nya tepat, karena bayi sudah kekurangan Oksigen”.
Setelah operasi cesar,
Alhamdulillah aku, bayi Omar, dan suami kembali ke ruang perawatan untuk
rooming in. Siang harinya Dokter Sandra datang mengucapkan selamat, sekaligus
memberikan penjelasan atas ketidakhadirannya di pagi hari itu. Kemudian aku di
cek tensi darah oleh suster, “180/90 Dok”.
Dokter Sandra bilang “Bu, saya khawatir ibu terkena preeclampsia post partum,
Ibu kembali ke ruang observasi ya”. Kembali kami turun kembali ke ruang
observasi, aku membawa serta bayi Omar. Sampai dibawah ternyata tekanan darah
ku hanya 140/90, tes urine hanya positif 1. Tapi tekanan darahku tetap
dipantau, sehingga belum diizinkan untuk kembali ke ruang perawatan. Pada saat
yang bersamaan dengan visit dari Dokter Anastesi Eko, pukul 17.30 suster masuk
“Bu, bayinya dimandikan dulu ya”. Suster mengambil bayi Omar yang dalam keadaan
mulut “menempel” di payudara aku, lalu menangis dan dibawa keluar ruangan oleh
suster. Dikarenakan adanya visit Dokter Anastesi Eko selama 1 jam, kamipun
tidak menyadari bayi Omar belum kembali dari dimandikan, hingga setelah 1jam dikembalikan
aku bertanya “ Dedek sudah dimandikan? “, “tidak jadi dimandikan Bun, Cuma dihangatkan”.
“Ko tidak dimandikan?”, “Dingin Bun.”.
Akhirnya setelah dicek kondisi
tekanan darah ku normal, aku diizinkan kembali ke ruang perawatan. Suster dari
ruang perawatan menjemput aku dan bayi, suster melihat bayi Omar biru,”Kok
biru?”, lalu segera dibawa ke ruang NICU. Dicek saturasi nya 75-80 (kondisi normal
90), Oleh dr.jaga diberikan oksigen. Saturasi kembali diatas 90. Oksigen dilepas, selama 5 menit, saturasi
stabil diatas 90. Karena kondisi bayi Omar stabil menurut dokter jaga maka diizinkan
untuk kembali ke ruang perawatan. Hingga esok paginya , tidak ada visit dari
Dokter Spesialis Anak Dina. Keesokan harinya, pada pukul 11.00, Dokter jaga yang
lain (yang bergantian jadwal dengan Dokter jaga yang semalam) meminta bayi Omar
untuk dicek saturasi oksigennya, dan ditemukan saturasi oksigen nya 71. Kondisi
darurat, bayi Omar dirawat di NICU. Tetap tidak ada visit dari Dokter SpA Dina
pasca kelahiran bayi, lalu untuk kondisi darurat bayi Omar ditangani oleh
Dokter SpA Amelia. yang menyatakan bayi Omar hipoksia, Walaupun hasil cek darah
di awal semua dalam range normal, namun Dokter SpA Amelia tetap memberikan
antibiotic dan melakukan rontgen kepada bayi Omar. Penjelasan nya adalah untuk
mencegah bakteri jika tertelan pada saat ketuban pecah. Dengan bantuan oksigen
melalui C-Pep, kondisi bayi Omar dianggap stabil dan diminta untuk di observasi
selama 3 hari. Namun di sore harinya, kondisi bayi mengalami perburukan hingga
diberikan bantuan melalui ventilator dan diberikan obat bius agar tidak
berontak. Dan diperlukan juga transfusi darah.
Kami hanya bisa menangis memohon
kepada ALLAH SWT untuk memberikan kesembuhan kepada bayi kami. Dalam kondisi
duduk di kursi roda setelah persalinan cesar, di depan ruang NICU kami terus
berdoa kepada ALLAH, masih terus berharap terjadi keajaiban bahwa bayi kami
bisa kembali pulih. Hingga kemudian Dokter SpA Amelia menyatakan kondisi bayi
kami kritis, dan tidak lama kemudian sudah tidak dapat tertolong. Usia bayi
Omar di dunia selama 37 jam. Dunia kami serasa berakhir juga, kesedihan
mendalam kami rasakan. Ibuku melalui telf berpesan kepada suamiku untuk menguatkan aku, dengan kondisi fisik pasca operasi cesar, aku pun harus menghadapi kehilangan bayi ku yang amat kucintai dan kunantikan kehadirannya. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Sesungguhnya kami
adalah milik ALLAH dan kepada Nya lah kami kembali. Alhamdulillah, Ya ALLAH,
terimakasih engkau telah menitipkan kepada kami bayi yang lucu, tampan dan
sehat, aku telah merasakan menjadi Ibu, mengandung selama 9 bulan, melahirkan
dan menyusui bayi kami.
Dalam kondisi berduka, kembali
kesabaran kami diuji, di RSIA tersebut tidak ada pelayanan pengurusan jenazah,
sehingga suamiku dibantu ayah mertuaku mengurus sendiri proses pemandian
jenazah bayi kami. Alhamdulillah, persis di sebelah RSIA tsb ada Masjid.
Disanalah aku memandikan bayi Omar untuk pertama dan terakhir kalinya. Lalu
dari Masjid didaerah Jakarta Selatan, kami menuju Bekasi untuk memakamkan Bayi
Kami. Suamiku mengemudikan sendiri kendaraan dalam kondisi mengantuk dan
berduka. Tidak ada penawaran, peminjaman ambulance kepada kami. Tidak ada satupun pihak Dokter, baik Dokter
Sandra ataupun pihak manajemen Rumah Sakit yang datang ke kami sekeluarga dan
mengucapkan belasungkawa sebelum bayi Omar disemayamkan. Bayi Omar kemudian di
makamkan persis disebelah makam Opanya, ayahandaku.
Masih dalam kondisi berduka,
keluarga dan kami pun berfikir dan mempertanyakan sebenarnya apa penyebab dari
kondisi hipoksia bayi Omar, karena pada saat lahir kondisi hipoksia bayi sudah
terselesaikan, dengan APGAR SCORE 7/9 dan bayi diizinkan rawat gabung bersama
aku dan suami. Dan melihat sertifikat kematian keterangan penyebab kematian
bayi adalah hipoksia. Penyebab utama kematian ibu adalah pre-eklampsia, dimana
aku selama kehamilan tidak pernah mengalami pre-eklampsia. Lalu, suster yang
membawa bayi kami mandi, alas an tidak jadi dimandikan karena dingin, lalu
hanya dihangatkan. Apa yang sebenarnya terjadi atas bayi kami saat itu. Atas
kondisi tersebut kami meminta pertemuan dengan tim dokter dan suster yang
memandikan.
Pada meeting pertama, seluruh tim
dokter hadir, diwakilkan oleh,sebut saja, Dokter SpOG Fahmi selaku ketua Komite
Medik RSIA tsb, menjelaskan soal Surat Kematian dimana dituliskan bahwa
penyebab kematian bayi dari Ibu Preeklampsia karena yang membuat surat tsb
adalah Dokter SpA Amelia, yang melihat dari catatan rekam medis Ibu pre
eklampsia. Padahal, apa yang dialami oleh aku adalah pre eklampsia post partum.
Sesudah kelahiran tidak akan menyebabkan bayi hipoksia. Logikanya, bayinya
sudah diluar, sudah lahir, tentu saja tidak ada pengaruh nya lagi kepada bayi. Lalu
saat aku meminta penjelasan sebab lainnya dari hipoksia bayi Dokter SpOG Fahmi
bilang pertemuan pertama bukan untuk menjelaskan hal sedetail itu. Maka, kami
dengan sabar menunggu ke pertemuan ke dua. Setelah menunggu 2 minggu, ternyata,
semua Dokter yang menangani aku dan bayiku tidak hadir. Tentu saja seluruh
pertanyaan kami tidak terjawab dengan jelas. Kenapa kalau bayi kami tidak
sehat, biru, atau kekurangan oksigen setelah lahir tidak diobservasi dan justru
diizinkan untuk rawat gabung oleh Dokter SpA Dina, apa yang dilakukan oleh
suster saat memandikan bayi kami pukul 17.30 ? Apa suster berwewenang untuk
menghangatkan bayi sendiri tanpa pengawasan Dokter SpA? Setelah bayi diberikan
oksigen oleh Dokter jaga apa sudah menghubungi Dokter SpA Dina? Kenapa Dokter
SpA Dina tidak pernah visit jika sudah dihubungi oleh Dokter jaga ?
Dengan kondisi kecewa yang
menumpuk, atas keterangan pihak Manajemen yang diwakili Direktur Medik RSIA
tsb, kami masih bersabar karena dijanjikan bahwa Dokter yang menangani, dan
perawat akan hadir di meeting ke tiga. Datang di meeting ke tiga, tim Dokter
ternyata masih tetap tidak hadir. Penjelasan dari Direktur Medik, bahwa
manajemen sudah mengundang secara resmi seluruh Dokter penanggung jawab. Dan
Dokter-doker tersebut sudah mengatakan kesanggupannya untuk hadir. Namun,
ditunggu tetap tidak hadir. Sungguh, kamipun automatis mempertanyakan ”power”
dari manajemen RSIA ini. Sedemikian lemahnya kah, terhadap Dokter dan suster
yang bertugas di RSIA tersebut. Hingga, undangan resmi dianggap lalu begitu
saja? Kalau pihak Direktur Medik saja dianggap lalu, apalagi kami ini pasien?
Cuma dianggap sebagai sumber penghasilan saja barangkali. Alhamdulillah, pada
saat itu kami sekeluarga didampingi oleh dr. SpOG Firman (bukan nama
sebenarnya) yang mampu menjelaskan dari sudut pandangnya bahwa untuk kasus ini
, hubungan bukan lagi Dokter dan pasien tetapi manusia dengan manusia. Memang
butuh kebesaran hati dari para Dokter yang menangani bayi kami untuk berhadapan
dengan kami sekeluarga. Menurut Dokter Firman, lebih baik saya dimaki-maki
pasien daripada diinterogasi pihak MKDKI (Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran
Indonesia). Dengan mediasi dari Dokter Firman, Alhamdulillah kami memperoleh
kesepakatan bahwa pihak RSIA akan memberikan surat permohonan maaf, berjanji
akan melakukan perbaikan agar hal ini tidak terjadi pada pasien lainnya, dan
mencantumkan ucapan belasungkawa di Koran kompas, republika, dan media Indonesia.
Pada meeting ke empat, akhirnya
seluruh Dokter hadir, kecuali Dokter SpA Amelia yang merawat bayi Omar di NICU
tidak hadir. 2 orang perawat yang memandikan bayi juga hadir. Penjelasan tetap
diwakili oleh Direktur Medik dan Ketua Komite Medik.
- Kondisi bayi hipoksia kenapa tetap di izinkan rooming in ? Jawab : Bahwa setelah lahir dan diberikan oksigen, bayi tidak biru dan dinilai sehat maka diizinkan rooming in. APGAR Score : 7/9
- Apakah Dokter Jaga menghubungi Dokter Spesialis Anak Dina setelah Bayi Omar diketahui biru untuk pertama kalinya ? Jawab : Dokter jaga sudah menghubungi Dokter Spesialis Anak Dina, dan menghimbau kepada Dokter jaga untuk waspada. Disini aku pun memceritakan bahwa sungguh aneh, dokter jaga diminta untuk waspada, tapi tidak ada pengecekan sama sekali kepada bayi Omar, di stetoskop pun tidak, hingga dokter jaga berganti jadwal dengan dokter jaga lain keesokan harinya. Tidak ada penjelasan atau sanggahan apapun dari Manajemen RSIA dan tim Dokter terkait hal ini.
- Kenapa Dokter Spesialis Anak Dina, tidak pernah visit walau sudah diinfokan oleh Dokter jaga bahwa bayi Omar biru ? Jawab : Karena menunggu jadwal praktek Dokter. Biasanya Dokter menyesuaikan jadwal visit dengan jadwal praktek nya.
- Kenapa bayi dimandikan pukul 17.30 dan apa yang dilakukan oleh suster ? Jawab : Suster memandikan bayi karena disuruh oleh atasannya yang menyatakan bahwa ayah bayi meminta bayi dimandikan. Karena terlihat biru bayi diukur suhu, lalu dihangatkan. Menurut Suster, suster telah menginformasikan kepada ayah bayi kalau bayi biru dan dihangatkan. Suster tidak menginformasikan kepada Dokter Spesialis Anak bahwa Bayi Omar biru.
Atas
jawaban bahwa suamiku sudah diberitahu kalau bayi omar biru, suamiku tahu bahwa
suster itu berbohong, Ia hanya berdoa didalam hatinya “Ya Allah, berilah mereka
balasan setimpal”. Bahwa apapun penjelasan yang dijelaskan oleh suster bahwa
kondisi bayi sudah biru dan mereka tidak melakukan apapun yang bisa
mempengaruhi kesehatan bayi Omar, hanya menjadi rahasia antara mereka dan ALLAH
SWT yang tahu akan kebenarannya. Dan aku yakin suatu saat kebohongan yang
ditutupi akan terungkap juga.
5. Jadi apa
sebenarnya penyebab hipoksia bayi Omar ? Jawab: Tim dokter tidak dapat
mengetahui hal tersebut. Kalaupun dikatakan terdapat penyakit jantung bawaan,
tidak akan diketahui apalagi Dokter Spesialis Anak tidak pernah visit, idealnya
di rujuk ke pediatric cardiologist. Namun, dari artikel yang aku pernah baca
pada jurnal kedokteran, bahwa bayi dengan penyakit jantung bawaan (PJB) kritis
cirinya adalah (1)jika bayi biru lalu diberikan oksigen bayi dan tetap biru
kemungkinan besar terdapat PJB. Berdasarkan penjelasan Dokter SpA bayi Omar
tidak biru (2) jika bayi tidak terlihat biru, tapi mengidap PJB bayi tidak akan
bisa menyusui. Jelas bayi Omar bisa IMD dan menyusui dengan baiknya. Pun
sebelum bayi Omar masuk NICU dengan saturasi oksigen 71 masih sempat menyusui. Jadi
apa penyebab dari hipoksia bayi Omar tim Dokter tidak mengetahuinya.
Adapun pihak RSIA telah memberikan keterangan secara tertulis terhadap kekurangan mereka sebagai berikut :
- Petugas dalam memandikan bayi tidak sesuai dengan waktu yang sebenarnya
- Petugas yang tidak berkomunikasi dengan baik kepada Dokter maupun pasien
- Visit Dokter yang belum sesuai dengan harapan
- Pelayanan jenazah yang belum dikelola dengan baik
Langkah-langkah
perbaikan yang sedang mereka lakukan adalah sebagai berikut :
- Melakukan pembinaan kepada pertugas terkait
- Mengevaluasi visit dokter di lingkungan RSIA
- Melakukan penjajakan dengan pihak ke 3 dalam pengelolaan pelayanan jenazah
- Merencanakan pelatihan bagi petugas dalam menghadapi kondisi kemalangan
Apapun
yang telah terjadi sudah merupakan Qada dan Qadar dari ALLAH SWT, kita sebagai
manusia hanya bisa mengambil pelajaran dan memperbaiki kekurangan. Aku, suami
dan keluarga besar pun menyadari bahwa kesalahan adalah sifat yang dimiliki
setiap manusia. Hanya sebagai manusia kadang kita sulit untuk mengakui
kesalahan ataupun maafkan kesalahan. Amat disayangkan Dokter Sandra tidak
pernah mengucapkan kata “Maaf” kepada kami sekeluarga, padahal satu kata itu
memiliki arti yang mendalam bagi kami, mengingat kami meng-amanah kan proses
kehamilan dan kelahiran bayi kami kepadanya dan di pagi hari H, dia tidak
mengusahakan untuk menengok kembali pasiennya justru malah pergi ke RSCM.
Memaafkan
kesalahan itulah yang harus aku lakukan untuk kasus ini, aku juga mengharapkan
pahala sebesar-besarnya dan ampunan dari ALLAH SWT. Sebagaimana firman ALLAH
SWT di Surat Al Baqarah ayat 216: “Boleh jadi
kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik untukmu dan boleh jadi kamu
menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu
tidak mengetahui”. In sya ALLAH apa yang terjadi pada diri kami merupakan yang
terbaik menurut ALLAH, dan kami dapat lulus dari ujian ini, saat ini yang dapat
kami lakukan adalah memperbaiki diri, memantaskan diri untuk dapat disambut
dengan bangga oleh Putra kami Omar Zavier Hamizan Andriarto di surga ALLAH SWT.
Semoga ALLAH SWT memberikan kepercayaan kepada kami lagi, untuk dapat
memelihara titipan Nya, adik-adik Omar, dan suatu saat nanti di kehidupan yang
kekal kami akan berkumpul bersama-sama di akhirat di surga ALLAH SWT. AMIN YA
RABBAL ALAMIIN.
Witha, turut berduka cita ya, gw baru tau. Manusia hanya bisa berencana tapi Allah yang menentukan segalanya. Insya Allah diberikan hadiah lagi ya oleh Allah di waktu yang tepat. pelukkkk....
ReplyDeleteIya Ayu, terimakasih ya doanya, semoga kami segera diberikan ade-ade nya dari kakak Omar.. amiin
ReplyDeleteMba Witha, aku nangis bacanya.. Subhanallah mba witha dan suami sabar bgt.. In sya Allah baby Omar menjadi pemberat amal shalih orang tuanya di akhir kelak ya Mba..
ReplyDeleteAmin, In sya ALLAH selalu diberikan kesabaran oleh ALLAH, terimakasih dear suci..
DeleteMampir ke tulisan ini krn komennya suci utami di IG. Keep strong ya, Witha. Semoga segera mendapatkan penggantinya dari Allah SWT. Aamin
ReplyDeleteAmin YRA, thank u Mia :)
DeleteMb witha turut berduka cita,, smoga Allah kasi kesabaran yg luar biasa, dan rejeki anak diwaktu yg tepat *peluuk* aq juga lagi ngantri hadiah anak dr Allah sejak 2taun lalu *semangaat kak rooss
ReplyDeleteSemangat dek cantik, keep trying and believing ^_^
Deletemba withaaa. semangat yaa. Allah pasti punya rencana lain yang lebih indah :) cerita kita mirip2 nih, aku juga udah 4 tahun nikah dan masih menunggu. Sempat dikasih, tapi ternyata masih belum waktunya, karena aku keguguran. Pengalamanku gak ada apa2nya dibanding kamu. huhuhu. peluuukkkkk
ReplyDeleteIya Fikaaa.. semangaaat..hikmahnya bisa jalan2 dulu berdua suami ^_^ , kita saling mendoakan yah.. keep trying, praying and believing ya say, peluuukkk
ReplyDeleteinnalillahii.. aku lagi blogwalking lalu masuk ke sini... kayaknya kenal bgt sm RSIA Jaksel yg di sebelahnya ada masjid, kebetulan rumahku di situ... cerita mba bukan yg pertama aku denger, karena kejadian yg hampir sama (terlambat kasih tindakan/kurang peralatan) juga dialami sm temenku di RSIA itu. Sekarang temenku udah punya anak ke-2 yg alhamdulillah sehat, & pastinya gak lahiran di tempat yg sama. Semoga hal yg sama terjadi sm mba ya, dikasih anak ke-2 di waktu yg tepat dgn kondisi yg lebih baik... amiiin.
ReplyDeleteAmiin terimakasih doanya ya mba..
Deletehaiii wit udah baca nih.. masya Allah dirimuu kuat bgtt, never lose hope semoga dikasih rejeki hamil lg, & lahir dgn selamat seterusnyaa :)
ReplyDeletebtw aku kaget dgn penanganan si RS itu pasca mortem, plus komentar & dalih mereka soal kejadian ini, kok kayaknya benar salah penanganan yah... tp bagaimanapun ga bs mengembalikan si baby. Stay positive yaa :)
Iya ghigi, keep us on your prayer ya ^_^
DeleteAkhirnya baca juga.. Walau udah di ceritain langsung sih.. Baca ini tetep aja merinding.. InShaaAllah Omar sudah di tempat yang lebih baik. Dan nanti akan berkumpul lagi sama ayah dan ibunya pada waktunya.. :)
ReplyDeleteInShaaAllah dirimu di beri rezeki hamil lagi, lahir dengan selamat dan sehat terus yaa.. InShaaAllah.. Aamiin.. :)
Ammiinn YRA thank you Mira, kapan kita kopdar lagi? :)
Deletesalam mba witha, turut berdukacita atas kehilangan Omar, saya jg kehilangan anak pertama saya, alhamdulillah sekarang sudah mendapat gantinya. Semoga mba witha pun demikian. Insya Allah :)
ReplyDeleteAmiin, in syaa Allah semoga bisa segera menyusul mba devy ya ^_^
DeleteMba witha aku baru baca ini, sabar yah mba. Mba witha kuat sekali. jadi inget pas ketemuan kopdar km bilang aku kudu jaga kesehatan selama hamil ini.
ReplyDeletesemoga lekas diberikan penggantinya yah mba *peluk*
Amiin , sehat-sehat terus bumil, lancar terus hingga lahir, baby dan mamanya sehat ya amiin
ReplyDeleteikut berduka, semoga mbak segera diberikan rezki kesehatan dan kehamilan....
ReplyDeleteSalam kenal mba Witha dari tetangga GP.. :). Ga sengaja mampir ke blog yang menarik ini.. Jadi tau deh cerita tentang baby Omar. Turut berbelasungkawa ya mba, semoga segera diberikan rezki kehamilan secepatnya... *peyukpeyuk*
ReplyDeleteya Allah mba witha, bolak balik blog walking dan comment di blog ini, tapi aku baruu banget liat tulisan ini. bacanya merinding dan bikin mata berkaca-kaca. semoga kalian dipertemukan kembali dengan baby omar di syurga ya. jadi tabungan besar untuk bapak ibunya insyaAllah
ReplyDeleteMbaaaa......merinding dan sedih bacanya.
ReplyDeleteSemoga Allah menitipkan lagi baby kekeluarga kecil mba yah..
Im so proud of u..ur such a strong woman..and ur not just stuck with the sadness but u go out and show the world ur strenght...im so proud of u and glad to know u....
ReplyDeleteWitha ka vera baru baca, masha Allah betapa Allah menyayangi kalian, begitu hebat dan tegarnya kalian dalam menghadapi masalah ini, semoga Ananda omar kelak menjadi penuntun jalan bagi kalian menuju baitu jannati insha Allah, i'm so proud of you dear...
ReplyDeleteInnalillahi wa inna ilaihi rojiun, maaf ka vera baru baca ini witha, sedih banget, subhanallah betapa Allah telah memilih kalian unt melewati ujian ini, Dan betapa tegarnya kalian menghadapi ini semua, semoga ananda omar akan menjadi penuntun kalian kelak menuju jannah nya.. Insha Allah, I'm so proud of you dear... Hug and kiss
ReplyDeletebaru baca ini mbak RJ (panggil gt aja ya karena mirip nama akhir alm anakku Raji)... i feel you...dan kalimat ini penguat kita... "saat ini yang dapat kami lakukan adalah memperbaiki diri, memantaskan diri untuk dapat disambut dengan bangga oleh Putra kami Omar Zavier Hamizan Andriarto di surga ALLAH SWT" kita fokus itu yaa supaya anak-anak kita menyambut dengan senyum lebarnya, suatu waktu.
ReplyDeletemba Wit..aku baru baca, ya Allah semoga pihak yg bersalah(dan berbohong) akan dptin balasan yg setimpal :( aku makin bingung mau kmn ini yaaa berobatnya huhu nampak makin nda percaya dgn rumah sakit di indo..
ReplyDeleteDulu aku ngga berani baca tulisan ini Mba, barusan memberanikan diri karna akan pilih RS untuk lahiran. Sepertinya aku kotnrolnya di RS ini deh. Tapi emang mempertimbangkan ga lahiran di sini karena pakai biaya sendiri bukan asuransi. Makasih banyak udah berbagi luka terdalamnya Mba. Ini berarti banget buat newbie kayak aku. Semoga Mba Witha dimudahkan ikhtiarnya ya :*
ReplyDelete